08 Oct 2020
kembali ke listMANGUPURA – Sembilan bulan berjalan di tahun 2020, sebanyak 5,2 juta penumpang pesawat udara tercatat keluar masuk Pulau Bali melalui Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali.
Dari data yang dihimpun dari PT Angkasa Pura I (Persero) selaku pengelola pintu gerbang udara Pulau Dewata tersebut, sebanyak 5.223.099 penumpang terangkut melalui 43.703 pergerakan pesawat udara selama periode pencatatan dari bulan Januari hingga akhir September 2020. Catatan tersebut masih berada di bawah jumlah penumpang dan pergerakan pesawat pada periode yang sama di tahun 2019 lalu.
Di akhir triwulan ketiga 2019, tercatat sebanyak 17.844.690 penumpang dan 114.631 pergerakan pesawat udara terlayani oleh Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali.
“Secara umum, hingga triwulan tiga 2020 masih jauh dibandingkan dengan triwulan ketiga 2019. Perbandingannya, untuk penumpang selisih 12 juta penumpang atau turun 70%, sedangkan untuk pergerakan pesawat selisih hampir 71 ribu pergerakan, atau turun 62%,” ucap General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali, Herry A.Y. Sikado, pada Kamis (08/10) siang di kantornya.
“Walaupun grafik masih merah, namun di bulan September ini kami masih mencatat adanya pertumbuhan jumlah penumpang dan pergerakan pesawat dibandingkan dengan catatan di bulan Agustus,” tambah Herry.
Selama bulan September 2020, tercatat sebanyak 177.620 penumpang keluar masuk Bali melalui 2.580 pesawat udara. Dibandingkan dengan catatan di bulan Agustus, yaitu 174.462 penumpang dan 2.385 pergerakan pesawat udara, terdapat pertumbuhan masing-masing sebesar 2% untuk pergerakan penumpang, serta 8% untuk pergerakan pesawat udara.
Jika dirinci lagi, sebanyak 177.088 penumpang rute domestik terangkut melalui 2.440 pesawat udara, tumbuh masing-masing sebesar 3% dan 12% jika dibandingkan dengan catatan statistik rute domestik bulan Agustus 2020.
“Jika dilihat secara tren, angka pertumbuhan jumlah penumpang dan pesawat dari bulan Juni hingga Agustus untuk rute domestik jika dibandingkan bulan sebelumnya itu hampir pasti di atas 70%. Bahkan di bulan Juli dibandingkan dengan bulan Juni, untuk pertumbuhan penumpang menyentuh 319%. Tetapi di bulan September ini, jika dibandingkan dengan bulan Agustus, pertumbuhan hanya mencapai 3% untuk penumpang, dan 12% untuk pesawat. Secara umum, stagnasi pertumbuhan penumpang rute domestik di bulan September ini dominan dipengaruhi turunnya jumlah penumpang rute dari/ke Jakarta,” tandas Herry.
“Dari total penumpang rute domestik yang kami layani, penumpang rute Jakarta merupakan mayoritas, yaitu separuh dari jumlah total penumpang per bulannya. Per tanggal 14 September lalu, mulai diberlakukan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Hal tersebut praktis berdampak besar terhadap rute ini,” tambahnya.
Dari 177.088 penumpang rute domestik bulan September 2020, sebanyak 76.291 jiwa atau 43% di antaranya adalah penumpang rute dari/ke Jakarta. Jumlah penumpang rute ini turun cukup tajam jika dibandingkan dengan catatan di bulan Agustus 2020, di mana sebanyak 89.612 penumpang lalu lalang Jakarta-Bali, atau turun sebesar 14,9%.
Sedangkan untuk jumlah penumpang rute domestik selain rute dari/ke Jakarta di bulan September 2020 justru mengalami pertumbuhan jika dibandingkan dengan catatan di bulan Agustus 2020, yaitu tumbuh sebesar 22,2%.
“Jika dirinci lagi, jumlah penumpang rute Jakarta-Bali dan sebaliknya sehari pasca penetapan status PSBB pada tanggal 15 September hingga tanggal 7 Oktober, tercatat sebanyak 51.882 penumpang yang terlayani, turun 27% dibandingkan dengan periode dua minggu sebelum penetapan PSBB, yaitu pada tanggal 23 Agustus hingga 14 September, dengan total 70.641 penumpang. Dapat kami simpulkan penetapan status PSBB di Jakarta cukup memberi imbas terhadap jumlah penumpang yang kami layani, khususnya rute dari/ke Jakarta,” ujar Herry.
“Untuk rute domestik non-Jakarta tetap mengalami pertumbuhan yang signifikan. Tentunya hal ini juga merupakan catatan yang baik. Terlepas dari fluktuasi jumlah penumpang yang kami layani, komitmen kami tetap sama dari waktu ke waktu, yaitu tetap memberikan kualitas layanan terbaik kepada seluruh penumpang, serta tetap mengimplementasikan prosedur protokol kesehatan secara ketat. Dapat kami tambahkan juga, untuk peningkatan layanan, saat ini layanan Rapid Test yang kami sediakan di Terminal Domestik melayani pengguna jasa dari pukul 7 pagi hingga 7 malam, dari sebelumnya beroperasi dari pukul 8 pagi hingga 4 sore. Untuk biaya pun juga turun, dari Rp 150 ribu menjadi Rp 85 ribu,” tutup Herry. [RN]