01 May 2019
kembali ke listMANGUPURA – Bandar udara selaku obyek vital nasional, membutuhkan personel yang selalu siap siaga dalam mengantisipasi segala jenis ancaman. Salah satu jenis ancaman yang acapkali dialamatkan terhadap bandar udara adalah ancaman bom.
Demi terciptanya lingkup bandar udara serta personel yang siaga akan ancaman bom, Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali, dengan bekerja sama dengan Direktorat Navigasi Penerbangan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, mengadakan simulasi penanganan terhadap ancaman bom atau bomb threat, Selasa (30/4).
Simulasi tersebut dilaksanakan dalam rangkaian acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas). Dalam rangkaian acara tersebut, turut pula digelar pameran atau Kolaborasi Simulasi Implementasi 3S + 1C. Kegiatan ini merupakan bentuk realisasi dari Manajemen PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai - Bali dalam implementasi prinsip 3S + 1C (Safety, Security, Service dan Compliance).
Acara yang dilaksanakan di area Terminal Domestik ini dibuka oleh sambutan Direktur Navigasi Penerbangan, Asri Santosa. Mewakili Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, Asri menyatakan bahwa pelatihan ini ditujukan untuk mewujudkan keselamatan dan keamanan penerbangan. “Kegiatan ini merupakan bentuk komitmen Direktorat Jendral Perhubungan Udara selaku otoritas penerbangan sipil nasional dalam mewujudkan keselamatan, keamanan, pelayanan dan kepatuhan dalam penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan,” ucap Asri.
Simulasi tersebut disiarkan dan ditonton secara langsung oleh seluruh undangan yang hadir. Selain latihan penanganan ancaman bom, ditampilkan pula video simulasi penanganan simulasi penanganan penumpang dalam keadaan darurat (sakit dan atau melahirkan), penanganan Tower ATC pada saat terjadi gempa bumi, serta penanganan pembajakan Tower ATC
Dalam simulasi penanganan ancaman bom tersebut, dilakukan 2 rekayasa kejadian, berupa ancaman bom yang terdeteksi negatif dan ancaman bom yang terdeteksi positif. Simulasi tersebut dilakukan oleh seluruh pihak yang berwenang dalam kejadian ancaman bom, dengan melibatkan unsur personel Aviation Security Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, personel Polri, serta TNI.
Selain penayangan video simulasi penanganan berbagai jenis keadaan darurat di bandar udara, dalam acara tersebut juga diadakan pameran teknologi yang selama ini digunakan dalam pelayanan navigasi penerbangan. “Menyongsong era industri 5.0 dalam kegiatan ini juga akan ditampilkan pameran teknologi dibidang penerbangan,” pungkas Asri.
Dalam pameran tersebut, PT Angkasa Pura I (Persero) selaku pengelola Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali menampilkan beberapa peralatan di bidang pengamanan (security) yang digunakan untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan. Berdasarkan APEX in Security yang diselenggarakan oleh ACI (Airport Council Internasional), peralatan keamanan yang dimiliki oleh Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali dinyatakan sudah melebihi standar kualitas yang ditetapkan, atau beyond standard.
Penandatanganan Nota Kesepahaman ini diharapkan dapat memperkuat dan memperluas hubungan kerja yang telah terjalin dengan baik antara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, BMKG, dan Basarnas. [DW]